Inovasi, sebuah seni.Catatan Wawan Setiawan

Inovasi, sebuah seni.
Catatan Wawan Setiawan


Selama ini, kita sering mengasosiasikan bahwa inovasi biasanya di ranah science, teknologi saja. Namun sebenarnya inovasi bisa diterapkan ke berbagai bidang. Inovasi merupakan salah satu cara agar bisnis kita masuk ke kategori "Blue Ocean" yang uncompete. Dengan inovasi inilah bisnis kita bisa menjadi bisnis market leader, dan juga menjadi pioneer. 

Tesla, perusahaan mobil listrik, saat ini valuasinya sudah mencapai usd 550 billion sehingga membuat Elon Musk CEO Tesla telah menjadi orang kaya kedua setelah Jeff Bezos CEO Amazon. Elon Musk sangat produktif sekali, Elon membangun Tesla, SpaceX, Starlink, Neuralink, Hyperloop, sampai OpenAI. 

Meroketnya valuasi Tesla sampai usd 550 billion saat ini tidak terlepas karena Tesla menjadi pioneer didalam mengembangkan mobil listrik. Brand personal ELon Musk juga sangat kuat dan merupakan salah satu kesuksesan Tesla untuk IPO.

Inovasi, merupakan kasta tertinggi, resiko inovasi sangat besar dan biasanya bakar bakar uang, namun secara jangka panjang, inovasi bisa menghasilkan hal hal luar biasa. Saat ini siklus inovasi teknologi memendek atau lebih cepat, dulu perusahaan teknologi biasa IPO setelah 20-30 tahun, namun sekarang perusahaan yang masih berumur 1-5 tahun udah banyak yang IPO.

Inovasi, menurut penulis, bagaikan seni, seni untuk membuat segala sesuatunya bisa menjadi lebih baik. Dengan inovasi, kita seperti menggambar di kanvas market teknologi. Inovasi teknologi tanpa seni akan menjadi inovasi teknologi yang robotika. Belajar dari alm. Steve Jobs yang mendirikan Apple, Jobs mengatakan bahwa teknologi inovasi dikawinkan dengan seni liberal dan kemanusiaan, agar hati anda selalu gembira menggunakan produk produksi Apple. Steve Jobs menyebut bahwa ini semua merupakan DNA Apple. 

Baik Steve Jobs, Richard Feynman, sampai Albert Einstein juga mempunyai jiwa seni, misal Steve Jobs mengaku sering mendengarkan Bob Dylan ketika bekerja, sementara Feynman bisa memainkan bongo dan menulis puisi. Albert Einstein juga cukup lihai memainkan biola.

Idealnya, memang science, teknologi, inovasi dikawinkan dengan sastra. Di Russia, anak saya yang baru kelas 8, juga pernah diberikan pekerjaan rumah membahas seniman besar Russia, yaitu Lermontov. Lermontov merupakan seniman yang memberontak pada masanya, makanya di buang ke Chech-nya. Namun seperti Pramoedya Ananta Toer, ketika dibuang justru malah produktif.

Pendidikan dasar di Russia, semenjak revolusi Bolshevik 1917 lebih mengutamakan pendidikan math dan science, sehingga Uni Soviet cepat sekali mengejar ketertinggalan science teknologi dari Barat. Namun saya cukup senang juga kalau anak saya juga mempelajari karya seni dari seniman Russia seperti Leo Tolstoy, Pushkin, Lermontov, Chekov dan lain sebagainya. 

Gus Dur sendiri, dari yang saya baca juga banyak membaca buku Marxisme Leninisme, serta sastra Russia. Gus Dur sangat menguasai sastra Russia, entah motivasi apa yang Gus Dur inginkan didalam mempelajari sastra Russia, mungkin karena Gus Dur merupakan seorang jenius yang haus te



Komentar

Postingan Populer